Dr.Andre Ng dari rumah sakit Glenfield, Inggris, memegang robot tangan yang dikendalikan remote control.
LEICESTER, KOMPAS.com — Untuk pertama kalinya dilakukan operasi jantung menggunakan robot tangan yang dikendalikan oleh remote control. Selain lebih akurat, penggunaan robot ini juga dapat menghindarkan dokter bedah dari paparan sinar X.
Prosedur operasi yang dipimpin oleh Dr Andre Ng di rumah sakit Glenfield, Inggris, ini adalah yang pertama di dunia. Para ahli bedah menggerakkan robot untuk mencapai sirkuit yang tepat dalam jantung pasien. Pengendalian dilakukan dari ruangan lain sehingga dokter akan terhindar dari bahaya sinar X dari ruang operasi.
Karena robot tangan ini disatukan dengan tempat tidur pasien, memungkinkan dokter untuk memandu operasi dari ruangan lain. Para dokter bedah akan melihat gambar dari layar untuk memantau apakah kateter yang dimasukkan berada di tempat yang tepat. Karena pergerakan robot ini dikontrol oleh dokter, bisa dipastikan hasil operasi lebih akurat karena langsung mencapai target sasaran.
"Prosedur robotik adalah langkah maju dalam dunia kedokteran karena prosedur konvensional bisa memakan waktu lama," kata dr Ng, konsultan kardiologi dan dosen senior dalam ilmu kardiovaskular dari University of Leicester.
Pada operasi pertama ini, pasiennya adalah seorang pria berusia 70 tahun yang mendapatkan penanganan karena gangguan denyut jantung atrial flutter. Ini adalah kondisi di mana serambi jantung berdenyut, menimbulkan denyut yang teratur cepat, yaitu sebanyak 300 kali dalam satu menit. Sehingga darah tidak terpompa dengan baik ke organ vital. Setelah tindakan tersebut, kondisi pasien dilaporkan dalam keadaan baik dan sudah beraktivitas normal.
Menurut penjelasan dokter Ng, selama ini dokter bedah harus menggunakan pakaian khusus (apron) untuk menghindari radiasi sinar X. "Sinar X memungkinkan dokter memonitor apa yang terjadi dalam tubuh pasien, namun ini berarti dokter harus berada sangat dekat dengan sumber radiasi. Tentu saja akumulasi paparan sinar X bisa berbahaya," katanya.
Dengan sistem robotik yang sudah diuji coba ini, selain dokter terhindar dari paparan radiasi, pergerakan kateter juga lebih akurat sehingga menguntungkan pasien. "Ini juga untuk mengantisipasi terjadinya prosedur yang lebih kompleks sehingga waktunya bisa dipersingkat," katanya.
Sistem robotik yang disebut The Remote Catheter Manipulation System ini dikembangkan selama empat tahun oleh Cathether Robotic Inc dari New Jersey, AS. Tim dokter dari Leicester, Inggris, ini adalah yang pertama kali melakukannya pada manusia.
Prosedur operasi yang dipimpin oleh Dr Andre Ng di rumah sakit Glenfield, Inggris, ini adalah yang pertama di dunia. Para ahli bedah menggerakkan robot untuk mencapai sirkuit yang tepat dalam jantung pasien. Pengendalian dilakukan dari ruangan lain sehingga dokter akan terhindar dari bahaya sinar X dari ruang operasi.
Karena robot tangan ini disatukan dengan tempat tidur pasien, memungkinkan dokter untuk memandu operasi dari ruangan lain. Para dokter bedah akan melihat gambar dari layar untuk memantau apakah kateter yang dimasukkan berada di tempat yang tepat. Karena pergerakan robot ini dikontrol oleh dokter, bisa dipastikan hasil operasi lebih akurat karena langsung mencapai target sasaran.
"Prosedur robotik adalah langkah maju dalam dunia kedokteran karena prosedur konvensional bisa memakan waktu lama," kata dr Ng, konsultan kardiologi dan dosen senior dalam ilmu kardiovaskular dari University of Leicester.
Pada operasi pertama ini, pasiennya adalah seorang pria berusia 70 tahun yang mendapatkan penanganan karena gangguan denyut jantung atrial flutter. Ini adalah kondisi di mana serambi jantung berdenyut, menimbulkan denyut yang teratur cepat, yaitu sebanyak 300 kali dalam satu menit. Sehingga darah tidak terpompa dengan baik ke organ vital. Setelah tindakan tersebut, kondisi pasien dilaporkan dalam keadaan baik dan sudah beraktivitas normal.
Menurut penjelasan dokter Ng, selama ini dokter bedah harus menggunakan pakaian khusus (apron) untuk menghindari radiasi sinar X. "Sinar X memungkinkan dokter memonitor apa yang terjadi dalam tubuh pasien, namun ini berarti dokter harus berada sangat dekat dengan sumber radiasi. Tentu saja akumulasi paparan sinar X bisa berbahaya," katanya.
Dengan sistem robotik yang sudah diuji coba ini, selain dokter terhindar dari paparan radiasi, pergerakan kateter juga lebih akurat sehingga menguntungkan pasien. "Ini juga untuk mengantisipasi terjadinya prosedur yang lebih kompleks sehingga waktunya bisa dipersingkat," katanya.
Sistem robotik yang disebut The Remote Catheter Manipulation System ini dikembangkan selama empat tahun oleh Cathether Robotic Inc dari New Jersey, AS. Tim dokter dari Leicester, Inggris, ini adalah yang pertama kali melakukannya pada manusia.
No comments:
Post a Comment